Aku termakan ambisiku
karya : eugenia shepany
Namaku
reina Anastasia akrab dipanggil reina. aku anak tunggal dari keluarga
ku, ayahku bernama yanto dan ibuku bernama ina . aku sekarang duduk di bangku
sma kelas 10 di SMA 1 JAMBI. Pada awal nya hidup ku biasa-biasa saja semua terjadi
layaknya air mengalir tanpa ada penghalang baginya. Hidupku sederhana tetapi
aku bahagia karna aku memiliki ayah dan ibu yang menyayangiku sepenuh hati.
Namun, hal itu berubah sejak hari ini.
Saat itu tepat jam 2 siang ibuku menelpon ia akan menjemputku kesekolah. Antara
senang dan heran,aku bingung mengapa ibu menjemputku hari ini. Tidak seperti
biasanya, aku selalu pulang naik angkot. 1 jam lamanya aku menunggu namun ibu
tak kunjung datang. Perasaan ku tidak enak, tak lama kemudian ada seorang bapak
yang mendatangiku. Ia berkata “nak, ibu mu kecelakaan di jalan” saya yang
membawa ibu mu kerumah sakit. Jantung ku berhenti berdetak sejenak, aku terdiam
tanpa kata-kata. Dan aku segera pergi kerumah sakit. Sesampai disana kutemui
ayah sedang menangis, aku bertanya-tanya apa yang terjadi?? Mengapa wajah ibu
di tutupi? Mengapa ayah menangis? Mengapa perawat dan dokter disana diam saja?
Masih banyak yang ingin kutanyakan. Namun, bapak yang mendatangiku mengatakan
“sabar ya nak,semoga amal dan ibadah ibumu di terima disisi Allah SWT”. Aku
menangis tanpa henti di pelukan ayah ku ,aku tak terima hal ini. Mengapa ibu
begitu cepat meninggalkan kami??.mengapaaa???? . Tetapi lama kelamaan aku mulai ikhlas akan
kepergian ibu.
Beberapa bulan berlalu, hidup kami membaik,
bahkan sekarang dapat dikatakan kami orang yang kaya. Namun, aku tak lagi
merasakan kasih sayang dari ayah seperti dulu. Ayah begitu sibuk dengan
pekerjaannya. Dan tidak ada waktu bersamaku. Beberapa hari setelah itu ayah
pulang dengan istri barunya. Aku tercengang. Aku bertanya kepada ayah “ ayah
siapakah dia?” ayah menjawab dengan tersenyum “ sayang, perkenalkan ini ibu
baru mu dan ini adik baru mu”. Hatiku tersentak, aku tak percaya akan hal ini,
aku tak percaya ayah begitu cepat melupakan ibu. Tapi aku harus bagaimana? Aku di sini sendiri tak
seorang pun yang memihakku.
Hari-hari kulalui, ternyata adik tiri ku itu adalah anak yang pintar dan
berprestasi. Ia sering menang lomba membaca puisi,menyanyi,menari dan
lain-lain. Ayah pun sangat menyayanginya dan
ia sering membanding-bandingkan diriku dengan adik baru ku itu. Hati ku
terasa terbakar mendengar setiap perkataan ayah dan ibu tiri ku saat
membanding-bandingkan ku.
Akhirnya, aku mulai berambisi untuk
lebih hebat dari adikku. Kalau dipikir-pikir aku dahulu adalah anak yang pintar
hanya saja diriku malas. Sehingga aku tak lagi berprestasi. Namun, kali ini aku
berjanji dengan diriku sendiri. Bahwa aku akan
mewujudkan keinginan ku untuk membuat ayah dan ibuku yang berada disana
bangga.
Aku mulai mengikuti berbagai lomba di
sekolah ku tanpa sepengetahuan ayah dan ibu tiriku. Aku mengikuti lomba membaca puisi, berpidato, olimpiade dan
lain-lain. Dan aku selalu menang. Dan ketika ayah mendengar hal itu, ia begitu
bangga padaku dan ia bilang ia akan menuruti apa yang aku inginkan. Dalam
hatiku, aku mengatakan “ aku hanya ingin kasih sayang mu ayah” . tapi, aku
bilang “tidak ayah keinginanku adalah melihat ayah tersenyum” . ayah pun tersenyum dan ia pergi kerja.
Hari-hari berlalu aku semakin populer
di sekolah. Dan puncak dari ambisiku adalah aku ingin menjadi ketua osis
disekolah dan ingin memperlihatkan siapa sebenarnya diriku. Aku begitu
berambisi untuk hal ini, aku sering terlambat makan,mandi,tidur demi memikirkan
visi dan misi yang harus aku buat agar orang-orang memilihku. Dan aku tak
peduli rasa lelah saat membuat ceramah yang akan aku sampaikan di sekolah di
depan ayah dan ibu tiriku.
Tibalah hari itu, pemilihan ketua osis
SMA 1 JAMBI. Keesokan harinya, Setelah suara di hitung ternyata aku memenangkan
pemilihan itu. Dan aku sangat gembira. Namun, aku tetap saja sedih karena ibu
tak bisa melihatku berdiri disini. Aku pun akan menyampaikan rasa terima kasih ku kepada
banyak orang dan menyampaikan beberapa
hal yang akan aku lakukan untuk sekolah ini. Tiba-tiba hp ku berdering,
terlihat disana nomor yang tidak dikenal. Lalu aku senyapkan karena ku anggap
tidak penting. Dan aku begitu bersemangat karena ambisiku telah terwujud. Aku
pun naik ke atas pentas,dan menyampaikan apa yang aku sudah persiapkan
sebelumnya. Orang-orang pun banyak sekali yang mengucapkan selamat kepada ku.
Aku pun merasa sangat senang. Tak lama kemudian, aku turun dari pentas . dan melihat hp, ternyata ada 19 panggilan tak
terjawab dari nomor yang tadi menelepon ku. Dan tiba-tiba ia menelepon ku lagi
dan ku angkat “ halo,ini siapa ya?”. “halo ini adik kak” sambil tersedu-sedu.
“ada apa dik. Kok kamu seperti orang menangis?”. “Ayah meninggalkan kita kak”.
“ apa kamu bilang?? Ini gak mungkin!”. Aku pun bergegas ke rumah sakit tempat
ayah berada. Ku tanya kepada dokter ,ayah kenapa??. Dokter pun menjawab “
ayah kamu terkena serangan jantung”dan
ia telah tiada . aku hanya terdiam disudut ruangan dengan air mata yang
bercucuran. Sedangkan ibu tiriku menangis histeris karena ayah meninggal.
Setelah beberapa hari ayah meninggal
adik tiri ku memberi surat pemberian ayah yang berisi : “apa kabar sayang??
Ayah begitu merindukan mu hari ini? Maafkan ayah yang terlalu sibuk dengan
pekerjaan ayah, karena ayah berniat menjadi orang yang sukses agar bisa
menyekolahkan mu ke universitas yang terkenal. Maafkan ayah yang mencari ibu baru tanpa sepengatahuanmu, semua
ini bertujuan agar engkau tidak kesepian dirumah. Tapi sepertinya kamu tidak
suka hal itu… Ayah sama sekali tidak bermaksud
untuk membanding-bandingkan mu, hanya saja ayah ingin memotivasimu nak.
Maaf jika cara ayah salah. Ayah kasihan padamu yang kelelahan saat membuat persiapan untuk pemilihan ketua osis, tapi
ayah sangat bangga padamu. Dan ibumu pasti juga bangga melihat kamu sukses,
tapi kamu harus janji melakukan ini dengan ikhlas bukan ada maksud tertentu
karena tak ada gunanya sebuah kepopuleran dan prestasi jika reina melakukannya
hanya agar terlihat sempurna dimata orang lain. Intinya tetap jadi diri reina
sendiri, setiap manusia punya keistimewaan masing-masing. Jadi,jangan pernah
iri dengan apa yang orang lain miliki ya nak. Karena reina adalah reina bukan
ia atau pun dia. Ayah sayang reina…”
Aku tak tahu mengapa Allah selalu
mengambil orang yang kusayang. Kini, aku hidup sendiri. Jika saja waktu itu aku
mengangkat telepon adik tiriku. Mungkin, aku bisa bertemu dengan ayah walau
hanya sejenak untuk mengungkapkan bahwa aku sangat menyayangimu ayah. Aku
termakan ambisi ku. Ambisi ini yang membawa ku
melupakan orang-orang disekitar ku. Aku seperti orang yang besar kepala
dan sombong dengan apa yang kumiliki padahal itu semua tak berarti.
Komentar
Posting Komentar